Wahai Para Suami Manjakanlah Istrimu Sebagaimana Dia Memanjakan Anakmu.. Yang Setuju Silahkan Share!
Ketika seorang perempuan memutuskan untuk menikah banyak dari mereka yang berubah total kegiatan sehari-harinya. Seperti ketika belum menikah seorang perempuan tentu berdiri tidur dengan santai tanpa memikirkan dapur.
Pernahkah kita menyadari – bahwa istrilah yang berdiri lebih pagi, alasannya harus menyiapkan sarapan untuk keluarga. Sehingga pada ketika suami berdiri pagi, makanan sudah tersedia. Bahkan istri cukup repot mengurus bawah umur yang harus berangkat ke sekolah. Setelah suami berangkat kerja, bawah umur sudah berangkat ke sekolah, istri harus mencuci pakaian, belanja, dan memasak untuk makan siang.
Lewat tengah hari memberi makan anak-anak, membimbingnya untuk tidur siang, kemudian bersih-bersih, dan menyiapkan bawah umur berangkat mengaji, kemudian menyiapkan makan malam, bersih-bersih diri alasannya sebentar lagi suami pulang dari kantor. Malam menemani bawah umur belajar, kemudian ketika bawah umur mulai berangkat tidur, melayani suami sebagai kiprah mulia. Sampai suami tertidur pulas dan mendengkur, barulah istri merebahkan badannya perlahan-lahan dan memejamkan mata. Untuk kemudian berdiri pagi-pagi sekali sebelum suami dan bawah umur terbangun. Begitulah rutinitas kehidupan seorang istri dalam rumah tangga.
Apakah istri tidak layak menerima penghormatan besar dari suami, terhadap jasanya yang tidak merasa lelah mengurus bawah umur dan keluarga?
Bila anggota keluarga sakit, roda kehidupan rumah tangga harus tetap berjalan, sehingga istri harus pontang panting menghadapi semuanya. Kalau suami sakit, segala kehidupan rumah tangga juga harus tetap berjalan. Jika istri yang sakit, sanggup dipastikan acara rumah tangga akan tersendat. Begitu besarnya peranan istri dalam rumah tangga, sehingga seolah-olah dilarang sakit. Selain itu, diantara tugas-tugas rutin menyita waktu yang penuh, istri juga harus tampil tetap cantik, kelihatan segar di mata suaminya.
Jika kesibukan rumah tangga membuat penampilan jadi kedodoran, tidak bergairah, kuyu dan keletihan, banyak mengeluh, akan membuat pandangan suami menjadi negatif. Kehidupan rumah tangga yang dihadapi seorang istri, akan jauh berbeda dengan ketika pertama kali memasuki kamar pengantin, penuh kemesraaan, dan segalanya hanya untuk berdua, Semakin hari, perubahan bulan dan tahun, sesudah hadir anak-anak, acara istri semakin terus bertambah. Namun, banyak suami tidak sedikitpun melirik, dan menyadari peranan istri yang begitu besar dalam rumah tangga, ketika menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga.
Malah ada suami yang menggerutu ketika melihat istrinya tidak sanggup tampil manis dan segar, hanya alasannya tuntutan kesibukan sehari-hari yang mendera hidupnya. Sebenarnya sebagai seorang suami sanggup mencicipi keberadaan seorang istri dalam rumah tangga dengan rasa kemanusiaan. Betapa besar dan repotnya kiprah istri dalam rumah tangga, ini yang sebaiknya disadari suami, kemudian menjalin saling pengertian dan penuh perhatian dengan perjuangan dan cara-cara yang tepat, biar beban rumah tangga itu tidak terasa berat.
Perhatian suami terhadap istrinya yang sudah bekerja keras untuk keluarganya itu sanggup merupakan cermin mempunyai kehendak yang searah, sama-sama menginginkan kebaikan dan keindahan rumah tangga, menginginkan kemuliaan dan keselamatan dunia akhirat.
Kalau diawal pernikahan, pandangan suami terhadap istrinya ialah kecantikannnya, pada perjalanan berikutnya adalah, pandangan suami terhadap penghargaan kerja keras istri, ketulusannya mengurus keluarga, keramahtamahan, dan kehangatan yang di tengah kesibukannya mengurus keluarga tetap senatiasa terpancar untuk kenikmatan dirinya.
Hati suami sebetulnya juga cermin, apakah ia mempunyai rasa terima kasih terhadap kerja keras istrinya, atau mengabaikannnya, bahkan mencelanya sesudah kondisinya yang keletihan dan tidak bersemangat. Keadaan lesu sang istri yang keletihan alasannya kerja keras setiap harinya itu, terkadang malah dijadikan alasan-alasan suami untuk berniat melirik perempuan lain yang lebih muda, bergairah, dan cantik. Dari sinilah sering awal keindahan rumah tangga mulai memudar.
Artinya, pengertian suami sangat diperlukan, kapan ketika membutuhkan penampilan istri cantik, segar dan prima. Apabila istri tidak sanggup bersikap menyerupai yang dikehendaki, alasannya dalam kesibukan mengurus anak yang rewel, dan rumah senantiasa awut-awutan oleh tingkah laris anak, kata Ruqayyah Warsi Magsood; “Akuilah kerja keras dan pengorbanan mereka, nyatakan kebutuhan Anda dengan kehormatan.”
Perlu diingat, seorang perempuan yang mau dilamar menjadi seorang istri dari seorang pria dan bersedia meninggalkan rumah orang tuanya, alasannya menginginkan suami sanggup melindunginya, menghormatinya, yang mencumbuinya, suami memberi waktu untuknya, Sehingga waktu tidak hanya untuk pekerjaan rumah dan mengurus bawah umur saja. Suami harus mencontoh kehidupan Rasulullah SAW sebagai pemimpin pertempuran dimana-mana, tetapi ketika bersama istri-istrinya senantiasa menunjukkan kasih sayang dan kedamaian, tidak membebani istri, berusaha meringankan tugas-tugas istri, dan selalu menghindari kata-kata kasar dan menyakitkan. Sabda Rasulullah Saw : ”Orang yang paling baik diantara kalian yaitu yang paling baik kepada istrinya, dan saya yaitu yang paling baik kepada istriku”.
Suatu hal yang harus diketahui suami, bahwa hadiah termahal yang diberikan suami kepada istrinya dan anak-anaknya yaitu berdialog, berkomunikasi, menyediakan kesempatan dan waktu untuk sanggup bercanda. Apabila kita lihat kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW bersama para istrinya, maka kehidupannya merupakan pola bagaimana canda tawa, cumbu rayu, kemesraan, sanjungan, keakraban selalu menghiasi dengan pujian-pujian.
Bila suami telah menutup mata dengan hal-hal yang baik menyerupai yang dilakukan oleh Rasulullah SAW itu, berarti hatinya sudah terhimpit kerikil keras, sehingga sikap menyerupai batu. Sementara kita hidup dengan ruh, bukan jasad saja, bagaikan batu. Kita bukan menyerupai kerikil yang tidak punya ruh.
Kita mempunyai kehangatan yang selalu diiringi senyuman, sapaan manis yang sanggup menghilangkan beban kelelahan fisik sitri yang telah bekerja keras dari pagi buta hingga larut malam, sehingga hatinya menjdai berbunga dengan pujian. Mengapa tidak bercermin pada rumah tangga Rasulullah SAW, yang pantas dijadikan teladan? Firman Allah SWT :
“Sesunggunya telah ada pada Rasulullah (Muhammad SAW) teladan yang baik bagi siapa yang mengharap (anugrah) Allah dan (ganjaran di) Hari Kemudian, serta banyak menyebut nama Allah” (Q.S AL-Ahzab :21)
Pujian memang sangat disenangi perempuan dan sanggup membesarkan hatinya sesuai dengan fitrahnya menyenangi hiasan dan pujian. Bagi seorang istri, kebanggaan yaitu dasar yang berpengaruh menjadi pondasi kekerabatan rasa cinta, kasih sayang, produktivitas dan pembinaan. Pujian akan membuat suasana yang aman untuk menguatkan hubungan-hubungan itu biar menghasilkan sesuatu yang diharapkan, yaitu kebaikan rumah tangga.
Pujian bagi istri ialah hal yang paling berharga lebih dari embel-embel yang mahal dan baju gres yang indah, alasannya perasaan dicintai akan muncul dari kebanggaan itu, dan merupakan semangat bagi jiwa, tak ubahnya makanan vitamin bagi tubuh yang lelah. Berterima kasihlah kepada istri yang dengan tangannya, kesungguhannya, ketulusannnya telah menyediakan waktunya untuk menyiapkan segala kebutuhan rumah tangga.
Ucapkanlah selamat dan terima kasih atas pelayanan dan kebersamaannya dengan kita, kesanggupannya menjaga rumah dan bawah umur dengan baik. Katakan semua itu dengan jujur dan penuh mesra, itu sudah membuatnya senang dan menanamkan kasih sayang di hati istri kita. Bila hati istri senang, ia akan lebih hangat melayani suami dan hidup menjadi tentram dan tenang. Rasulullah AW bersabda : ”Orang mukmin yang paling tepat imannya yaitu yang terbaik ahlaknya, dan insan terbaik diantara kalian yaitu yang tebaik kepada istri-istrinya”.
Kebersamaan suami istri dalam rumah tangga yaitu diwarnai saling menghormati. Terutama suami memberi penghormatan yang tinggi terhadap kerja keras istri shalelah, yang dirangkum dalam kecintaan yang suci dan setia kepada pasangannya, yang telah menjalankan kiprah dan kewajibannya dengan baik.
Kehidupan suami istri yang baik saling pengertian, dan mau berterima kasih, sehingga akan menimbulkan rumah tangga kompak dan istimewa. Masing-masing suami istri menjalankan kewajiban, kiprah dan haknya, menuju kea rah membangun rumah tangga bahagia. Dan bagi suami tidak akan mendatangkan ancaman kalau berterima kasih kepada istrinya yang telah berdiri lebih pagi, dan tidur larut malam ketika semua keluarga sudah terlelap, kemudian sehari-hari waktunya penuh mengabdi kepada kepentingan rumah tangga.
Disadari atau tidak, pekerjaan para istri lebih banyak daripada suami. Dari pagi hingga malam hari, pekerjaan mereka seolah tidak ada hentinya. Mulai dari mengurus anak-anak, melayani keperluan dan kebutuhan suami, hingga mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Itulah sebabnya, seorang suami harus menghargai jerih payah istrinya.
Diantaranya :
1. Memberikan kebanggaan atas semua pekerjaanya dan tidak melecehkan kelemahannya.
2. Memberi dukungan moral dan proteksi tenaga untuk meringankan beban kiprah dan perannya.
3. Apabila memungkinkan, penuhi segala keperluan yang sanggup memudahkan tugas-tugasnya itu.
4. Memberikan hadiah tertentu yang sanggup menyenangkan hatninya. Tentu bukan mahalnya yang jadi prioritas, tetapi bentuk kesungguhan perhatian yang lebih utama.
Sahabat medianda silahkan bagikan apabila ini menurutmu sanggup mengubah langsung para suami menjadi lebih baik…Semoga bermanfaat.
0 Response to "Wahai Para Suami Manjakanlah Istrimu Sebagaimana Ia Memanjakan Anakmu.. Yang Oke Silahkan Share!"
Posting Komentar